Minggu, 20 Januari 2013

KISAH BAMBANG SUMANTRI PART VI


KISAH BAMBANG SUMANTRI PART VI :



sampai di perbatasan negeri Maespati, Bambang Su­mantri memerintahkan perjalanan berhenti untuk beristi­rahat. ia meminta kepada patih Kartanadi untuk menyampaikan sepucuk suratnya kepada Prabu Arjuna Sasrabahu. inti dari surat tersebut bertuliskan :

"yang mulia Prabu Arjuna Sasrabahu hamba telah berhasil memboyong Dewi Citrawati diiringi oleh delapan ratus orang puteri sebagai madunya. itu hasil hamba dalam peperangan bertaruh nyawa me­ngalahkan raja-raja yang menghendaki Dewi Citrawati. mengingat bahwa Dewi Citrawati seorang puteri yang telah diperebutkan banyak orang raja, hamba mohon per­kenan sang prabu menjemput mempelai puteri di pintu gerbang kerajaan. dan agar bertambah masyhur nama sri paduka, maka amatlah elok bilamana calon permaisuri itu direbut dengan perang tanding. dengan perkenan sri paduka hamba akan melayani sang prabu dalam perang tanding".

menerima surat Bambang Sumantri Prabu Arjuna Sasrabahu berkata dalam hatinya :
:

"apakah Sumantri hendak mencoba kesaktianku. baiklah akan kupenuhi permohonannya".

sang prabu lalu mengutusan seorang prajurit untuk memberikan hadiah kepada Bambang Sumantri seperangkat busana perang serta mah­kota kerajaan agar dipakai dalam perang tanding yang di­kehendakinya. Prabu Arjuna Sasrabahu menyongsong iring-iringan Dewi Citrawati dan putri domas di pintu gerbang kerajaan Maespati. melihat Sang Prabu berdiri gagah dengan busana perang, Bambang Sumantri turun dari kereta untuk menghadapi sang prabu dalam perang tanding. keduanya berpakaian yang sama, serba gemerlapan dan bermahkotakan kerajaan. Keduanya sungguh cantik dan anggun sehingga yang berperang tanding itu bagaikan raja kembar perang tanding terjadi dengan ramai sekali, masing-masing menumpahkan kesaktian dan aji jaya kewijayaannya serta saling adu senjata pusakanya. sebagai seorang satria anak pertapa sesungguhnya Bambang Sumantri seorang satria pilih tanding ia sangat kuat dan sulit bagi sang prabu untuk mengalahkannya.



Pada suatu saat Prabu Arjuna Sasrabahu terhimpit oleh Bambang Sumantri. ia seakan hendak jatuh tersungkur, seketika sang prabu lepas dari tangan Sumantri dan hilang dari pandangan. pada saat itu di muka Suman­tri tampak terkejut melihat wajah Arjuna Sasrabahu memancarkan aura raksasa gandarwa yang sangat mengerikan, kedua bola matanya bagaikan cahaya surya, dengan tangannya yang berjumlah seribu, semuanya memegang ber­aneka macam senjata, suaranya bagaikan guntur :

"Hai Sumantri, jangan mengira kau me­nang perang tanding. janganlah lari kau, akan ku luluhkan".

Raksasa sebesar gunung adalah tranformasi dari Prabu Arjuna Sastrabahu saat bertriwikrama. maju tak gentar Sumantri tidak ragu-ragu, bahwa yang dihadapi adalah penjelmaan Batara Wisnu, maka ia segera duduk maraih dan menyembah kaki sang Triwikrama. ia bersembah :

"Gusti hamba, Batara Wisnu yang menjelma di bumi, bilamana gusti menghendaki, niscaya hamba hancurlumat, bahkan dunia seisinya dapat hancur binasa dalam sekejap mata. siapakah yang kuat menandingi engkau saat ber Triwikrama gustiku. Walau dewa-dewa di kahyangan niscaya tidak ada yang mampu untuk melawan gusti. Karena itu hamba mohon hendaklah gusti mengakhiri Triwikrama agar terpelihara keselamatan kami"

Puji sanjung Bambang Sumantri teknik untuk meluluhkan kema­rahan Prabu Arjuna Sasrabahu hingga akhirnya sang Triwikrama hilang dan lenyap, dan ia kembali ke wujud sang Prabu yang tampak tinggal ialah Prabu Arjuna Sasrabahu ia dihadapi oleh Bambang Sumantri yang duduk menyem­bah kaki sang prabu seakan-akan mukanya melekat diatas tanah. Arjuna Sasrabahu berkata :

"Adinda Bambang Sumantri, kini adinda telah mencoba kesaktianku. dan aku dapat me­nerima pengabdianmu di Maespati, bila ananda dapat memutar memindah­kan Taman Sriwedari dari gunung Untara ke Istana Maespati. Ananda Sumantri untuk menjalani titah ku tidak kuperkenankan untuk menginjak bumi Maespati se­belum berhasil memutar Taman Sriwedari".

Comments
1 Comments

1 komentar: