KISAH BAMBANG SUMANTRI PART VI :
sampai di perbatasan negeri Maespati, Bambang Sumantri
memerintahkan perjalanan berhenti untuk beristirahat. ia meminta kepada patih
Kartanadi untuk menyampaikan sepucuk suratnya kepada Prabu Arjuna Sasrabahu.
inti dari surat tersebut bertuliskan :
"yang mulia Prabu Arjuna Sasrabahu hamba
telah berhasil memboyong Dewi Citrawati diiringi oleh delapan ratus orang puteri sebagai madunya. itu hasil hamba dalam peperangan
bertaruh nyawa mengalahkan raja-raja yang menghendaki Dewi Citrawati.
mengingat bahwa Dewi Citrawati seorang puteri yang telah diperebutkan banyak
orang raja, hamba mohon perkenan sang prabu menjemput mempelai puteri di pintu
gerbang kerajaan. dan agar bertambah masyhur nama sri paduka, maka amatlah elok
bilamana calon permaisuri itu direbut dengan perang tanding. dengan perkenan
sri paduka hamba akan melayani sang prabu dalam perang tanding".
menerima surat Bambang Sumantri Prabu Arjuna
Sasrabahu berkata dalam hatinya :
:
"apakah Sumantri hendak mencoba kesaktianku.
baiklah akan kupenuhi permohonannya".
sang prabu lalu mengutusan seorang prajurit untuk
memberikan hadiah kepada Bambang Sumantri seperangkat busana perang serta mahkota
kerajaan agar dipakai dalam perang tanding yang dikehendakinya. Prabu Arjuna
Sasrabahu menyongsong iring-iringan Dewi Citrawati dan putri domas di pintu
gerbang kerajaan Maespati. melihat Sang Prabu berdiri gagah dengan busana
perang, Bambang Sumantri turun dari kereta untuk menghadapi sang prabu dalam
perang tanding. keduanya berpakaian yang sama, serba gemerlapan dan
bermahkotakan kerajaan. Keduanya sungguh cantik dan anggun sehingga yang
berperang tanding itu bagaikan raja kembar perang tanding terjadi dengan ramai
sekali, masing-masing menumpahkan kesaktian dan aji jaya kewijayaannya serta
saling adu senjata pusakanya. sebagai seorang satria anak pertapa sesungguhnya
Bambang Sumantri seorang satria pilih tanding ia sangat kuat dan sulit bagi
sang prabu untuk mengalahkannya.
Pada suatu saat Prabu Arjuna Sasrabahu terhimpit
oleh Bambang Sumantri. ia seakan hendak jatuh tersungkur, seketika sang prabu
lepas dari tangan Sumantri dan hilang dari pandangan. pada saat itu di muka
Sumantri tampak terkejut melihat wajah Arjuna Sasrabahu memancarkan aura
raksasa gandarwa yang sangat mengerikan, kedua bola matanya bagaikan cahaya
surya, dengan tangannya yang berjumlah seribu, semuanya memegang beraneka
macam senjata, suaranya bagaikan guntur :
"Hai Sumantri, jangan mengira kau menang
perang tanding. janganlah lari kau, akan ku luluhkan".
Raksasa sebesar gunung adalah tranformasi dari
Prabu Arjuna Sastrabahu saat bertriwikrama. maju tak gentar Sumantri tidak
ragu-ragu, bahwa yang dihadapi adalah penjelmaan Batara Wisnu, maka ia segera
duduk maraih dan menyembah kaki sang Triwikrama. ia bersembah :
"Gusti hamba, Batara Wisnu yang menjelma di
bumi, bilamana gusti menghendaki, niscaya hamba hancurlumat, bahkan dunia
seisinya dapat hancur binasa dalam sekejap mata. siapakah yang kuat menandingi
engkau saat ber Triwikrama gustiku. Walau dewa-dewa di kahyangan niscaya tidak
ada yang mampu untuk melawan gusti. Karena itu hamba mohon hendaklah gusti
mengakhiri Triwikrama agar terpelihara keselamatan kami"
Puji sanjung Bambang Sumantri teknik untuk
meluluhkan kemarahan Prabu Arjuna Sasrabahu hingga akhirnya sang Triwikrama
hilang dan lenyap, dan ia kembali ke wujud sang Prabu yang tampak tinggal ialah
Prabu Arjuna Sasrabahu ia dihadapi oleh Bambang Sumantri yang duduk menyembah
kaki sang prabu seakan-akan mukanya melekat diatas tanah. Arjuna Sasrabahu
berkata :
"Adinda Bambang Sumantri, kini adinda telah
mencoba kesaktianku. dan aku dapat menerima pengabdianmu di Maespati, bila
ananda dapat memutar memindahkan Taman Sriwedari dari gunung Untara ke Istana
Maespati. Ananda Sumantri untuk menjalani titah ku tidak kuperkenankan untuk
menginjak bumi Maespati sebelum berhasil memutar Taman Sriwedari".
izin copas gambaripun nggih
BalasHapus