setelah perang tanding Prabu Arjuna Sasrabahu
kembali ke dalem agung istana Mespati memboyong Dewi Citrawati yang diiringi
puteri domas dan balatentara Maespati serta Magada. di sisi lain Bambang
Sumantri bermenung sedih di muka pintu gerbang kerajaan ia berbaring. Ia merasa
tidak mampu memutar gunung seperti yang Prabu Arjuna Sasrabahu perintahkan ia
harus memutar balik gunung Untara. Di mana letak
gunung Untara sedangkan ia tidak tahu. dan ia merasa tidak memiliki kesaktian
untuk memutar memindahkan Taman Sriwedari. Dengan kesedihan dan kebingungan yang
mendalam Bambang Sumantri berjalan tanpa tujuan meninggalkan gerbang kerajaan
Maespati.
sepanjang jalan ia dirundung keputus-asaan karena
menghadapi persyaratan prabu Maespati yang mustahil ia penuhi. Tanpa terasa
tetes demi tetes kedua bola mata Sumantri menitiskan air mata diiringi suasana
hati yang pilu seolah ia tak mempunyai harapan dan semangat juang lagi, karena
ia seorang kesatria yang penuh tanggung jawab berbagai macam cara ia lakukan,
ia menangis karena ia takut andai cita-citanya untuk mengabdi kepada Prabu
Arjuna Sasrabahu penjelmaan Batara Wisnu tidak akan tercapai.
setelah ia berjalan masuk hutan belukar, tiba-tiba
ia mendengar suara Bambang Sukasarana yang memanggil-manggil namanya :
"kakang, kakang Sumantri, apakah yang kakang
rasakan saat ini?, apa kakang bersedih?. Kakang menghadapi kesulitan? kakang
jangan kakang menangis, tidak elok seorang satria menangis. Katakanlah
kesulitan itu pada aku. Aku akan turut setia membantu kakang".
setelah melihat ke atas ia mengetahui bahwa di atas
sana ia melihat Bambang Sukasarana yang bertengger di atas pohon dan Sumantri
berkata :
"hai Sukarasana adikku, turunlah, akan kuberi
tahu persoalanku".
Sukasarana turun dan Sumantri menceritakan dengan
jelas tentang perintah Prabu Arjuna Sasrabahu, kemudian ia berkata :
"Ya Sukasarana, pastilah tidak akan diterima
untuk mengabdi di Maespati, jika aku tidak dapat memindahkan Taman Sriwedari. Aku
tidak tahu di mana letak taman Sriwedari dan aku tidak memiliki kepandaian
ataupun kesaktian untuk memindahkan sesuatu bangunan. Adikku, karena aku tidak
dapat mengabdi pada Prabu Arjuna Sasrabahu, lebih baik aku terserahlah. Pulanglah
adikku, sampaikanlah sembahku kepada ayahanda di pertapaan".
"jangan kakang, janganlah kakang berputus asa
aku bersedia membantu kakang. Aku mampu memutar memindahkan Taman Sriwedari
dari gunung Untara ke negeri Maespati".
dengan rasa percaya dan tidak percaya Sumantri berkata
:
"apakah engkau yakin mampu melaksanakan tugas yang
begitu berat tersebut, adikku, benarkah engkau dapat memindahkan Taman
Sriwedari?". tanya Sumantri seolah tidak percaya.
"aku menjamin kakang, pasti bisa akan tetapi
kakang mesti berjanji kakang bersedia pada aku yang turut mengikuti ke mana
kakang pergi. Sebagai seorang adik aku tidak sanggup berpisah dari kakang. aku sangat
sayang pada kakang, kakang Sumantri".
Setelah bersepakat Bambang Sumantri berjanji akan
selalu membawa adiknya ke mana ia pergi. Mendengar janji itu, Bambang Sukasarana
berkata:
"Kakang, Taman Sriwedari terletak di gunung
Untara di kahyangan Batara Wisnu. Baiklah sekarang kita pergi ke sana. Kakang,
persilakan naik di punggungku dan pejamkan mata, sebentar aku bawa kakang ke
Taman Sriwedari".
dengan menggendong kakandanya secepat mungkin
Sukasarana terbang menuju ke Taman Sriwedari. Tidak lama kemudian setelah
sampai di Taman Sriwedari ia mempersilakan kakandanya membuka matanya dan turun
dari punggungnya.
"Kakang inilah Taman Sriwedari". Taman ini
tercipta oleh Batara Wisnu. Karenanya tidak aneh, kalau Prabu Arjuna Sasrabahu
menginginkan taman ini dipindahkan ke Maespati, jelas sang prabu adalah
penjelmaan Batara Wisnu".
Sejauh mata memandang terhampar bunga yang tumbuh
elok berwarna-warni Bambang Sumantri menatap Taman Sriwedari dengan takjub
karena saking indahnya. Lalu Sukasarana berkata :
"Kakang, masuklah kakang ke dalam wisma indah
tempat peristirahatan ini. aku akan pindahkan taman ini ke Maespati dengan
cipta, sebab Batara Wisnu telah menjadikan taman ini dengan ciptanya
pula".
Menuruti titah adindanya Bambang Sumantri masuk ke
dalam wisma peristirahatan di Taman Sriwedari dengan pintu tertutup, Bambang
Sukasarana segera mengheningkan cipta, bersemadi, menutup segala nafsunya.
suara tidak ia dengar, segala macam wujud tidak dilihatnya. Ia mempersatukan
kehendaknya, membulatkan permohonannya kepada dewa untuk memindahkan Taman
Sriwedari ke negeri Maespati. Permohonan Sukasarana dengan semadinya telah
mendatangkan bencana yakni perubahan alam yang mendadak dan mengejutkan. Bumi
guncang karena gempa, alam bergetar karena angin besar menghembus, hujan turun
dengan lebatnya, petir bersambar-sambaran dan langit gemerlapan. Di atas
kahyangan para dewa dan bidadari kebingungan, lari kocar-kacir mengungsi
berlindung bernaung kepada Batara Rudra. Pada akhirnya dewa mengakhiri dan
meredakan gejala alam dengan mengabulkan permohonan sang Sukasarana.
Turunnya hujan rintik disertai semerbak bau harum
mewangi yang diturunkan oleh dewa-dewa ke arcapada. Pertanda permohonan
Sukasarana dikabulkan oleh dewata. Sukasarana mengakhiri semedinya. Ketika itu
Taman Sriwedari dengan kekuasaan dewata telah ada di negeri Maespati.
Sukasarana membuka pintu wisma peristirahatan dan mempersilakan kakandanya
menyaksikan Taman Sriwedari yang telah ada di Maespati. Tiada selembar daun
dan setangkai bunga yang berubah atau tertinggal pada taman itu. Semua masih
utuh yang telah pindahkan ke negeri Maespati.