Jumat, 10 Januari 2014

KISAH BAMBANG SUMANTRI PART VII


setelah perang tanding Prabu Arjuna Sasrabahu kembali ke dalem agung istana Mespati memboyong Dewi Citrawati yang diiringi puteri domas dan balatentara Maespati serta Magada. di sisi lain Bambang Sumantri bermenung sedih di muka pintu gerbang kerajaan ia berbaring. Ia merasa tidak mampu memutar gunung seperti yang Prabu Arjuna Sasrabahu perintahkan ia harus memutar balik gunung Untara. Di mana letak gunung Untara sedangkan ia tidak tahu. dan ia merasa tidak memiliki kesaktian untuk memutar memindahkan Taman Sriwedari. Dengan kesedihan dan kebingungan yang mendalam Bambang Sumantri berjalan tanpa tujuan meninggalkan gerbang kerajaan Maes­pati.

sepanjang jalan ia dirundung keputus-asaan karena meng­hadapi persyaratan prabu Maespati yang mustahil ia penuhi. Tanpa terasa tetes demi tetes kedua bola mata Sumantri menitiskan air mata diiringi suasana hati yang pilu seolah ia tak mempunyai harapan dan semangat juang lagi, karena ia seorang kesatria yang penuh tanggung jawab berbagai macam cara ia lakukan, ia menangis karena ia takut andai cita-citanya untuk mengabdi kepada Prabu Arjuna Sasrabahu penjelmaan Ba­tara Wisnu tidak akan tercapai.

setelah ia berjalan masuk hutan belukar, tiba-tiba ia mendengar suara Bambang Sukasarana yang memanggil-manggil namanya : 

"kakang, kakang Sumantri, apakah yang kakang rasakan saat ini?, apa kakang bersedih?. Kakang menghadapi kesulitan? kakang jangan kakang menangis, tidak elok seorang satria menangis. Katakanlah kesulitan itu pada aku. Aku akan turut setia membantu kakang".


setelah melihat ke atas ia mengetahui bahwa di atas sana ia melihat Bambang Sukasarana yang bertengger di atas pohon dan Sumantri berkata :

"hai Sukarasana adikku, turunlah, akan kuberi tahu persoalanku".

Sukasarana turun dan Sumantri menceritakan dengan jelas tentang perintah Prabu Arjuna Sasrabahu, kemudian ia berkata :

"Ya Sukasarana, pastilah tidak akan diterima untuk meng­abdi di Maespati, jika aku tidak dapat memindahkan Taman Sriwedari. Aku tidak tahu di mana letak taman Sriwedari dan aku tidak memiliki kepandaian ataupun kesakti­an untuk memindahkan sesuatu bangunan. Adikku, karena aku tidak dapat mengabdi pada Prabu Arjuna Sasrabahu, lebih baik aku terserahlah. Pulanglah adikku, sampaikanlah sembahku kepada ayahanda di per­tapaan".

"jangan kakang, janganlah kakang berputus asa aku bersedia membantu kakang. Aku mampu memutar memindahkan Taman Sriwedari dari gunung Untara ke negeri Maespati".

dengan rasa percaya dan tidak percaya Sumantri berkata :

"apakah engkau yakin mampu melaksanakan tugas yang begitu berat tersebut, adikku, benarkah engkau dapat memindahkan Taman Sriwedari?". tanya Sumantri seolah tidak percaya.

"aku menjamin kakang, pasti bisa akan tetapi kakang mesti berjanji kakang bersedia pada aku yang turut mengikuti ke mana kakang pergi. Sebagai seorang adik aku tidak sanggup berpisah dari kakang. aku sangat sayang pada kakang, kakang Sumantri".

Setelah bersepakat Bambang Sumantri berjanji akan selalu membawa adik­nya ke mana ia pergi. Mendengar janji itu, Bambang Suka­sarana berkata:

"Kakang, Taman Sriwedari terletak di gu­nung Untara di kahyangan Batara Wisnu. Baiklah sekarang kita pergi ke sana. Kakang, persilakan naik di punggungku dan pejam­kan mata, sebentar aku bawa kakang ke Taman Sriwedari".

dengan menggendong kakandanya secepat mungkin Sukasarana terbang menuju ke Taman Sriwedari. Tidak lama kemudian setelah sampai di Taman Sriwedari ia mempersilakan kakandanya membuka matanya dan turun dari punggungnya.

"Kakang inilah Taman Sriwedari". Taman ini tercipta oleh Batara Wisnu. Karenanya tidak aneh, kalau Prabu Arjuna Sasrabahu menginginkan taman ini dipindah­kan ke Maespati, jelas sang prabu adalah penjelmaan Batara Wisnu". 

Sejauh mata memandang terhampar bunga yang tumbuh elok berwarna-warni Bambang Sumantri menatap Taman Sriwedari dengan takjub karena saking indahnya. Lalu Sukasarana berkata :

"Kakang, masuklah kakang ke dalam wisma indah tempat peristirahatan ini. aku akan pindahkan taman ini ke Maespati dengan cipta, sebab Batara Wisnu telah men­jadikan taman ini dengan ciptanya pula".

Menuruti titah adindanya Bambang Sumantri masuk ke dalam wisma peristi­rahatan di Taman Sriwedari dengan pintu tertutup, Bambang Sukasarana segera mengheningkan cipta, bersemadi, menutup segala nafsunya. suara tidak ia dengar, segala macam wujud tidak dilihatnya. Ia memper­satukan kehendaknya, membulatkan permohonannya ke­pada dewa untuk memindahkan Taman Sriwedari ke negeri Maespati. Permohonan Sukasarana dengan semadinya telah mendatangkan bencana yakni perubahan alam yang mendadak dan mengejutkan. Bumi guncang karena gempa, alam bergetar karena angin besar menghembus, hujan turun dengan lebatnya, petir bersambar-sambaran dan langit ge­merlapan. Di atas kahyangan para dewa dan bidadari kebingung­an, lari kocar-kacir mengungsi berlindung bernaung ke­pada Batara Rudra. Pada akhirnya dewa mengakhiri dan mereda­kan gejala alam dengan mengabulkan permohonan sang Sukasarana.

Turunnya hujan rintik disertai semerbak bau ha­rum mewangi yang diturunkan oleh dewa-dewa ke arcapada. Pertanda permohonan Sukasarana dikabulkan oleh dewata. Sukasarana mengakhiri semedinya. Ketika itu Taman Sriwedari dengan kekuasaan dewata telah ada di negeri Maespati. Sukasarana membuka pintu wisma peristirahatan dan mempersilakan kakandanya menyaksikan Taman Sriwe­dari yang telah ada di Maespati. Tiada selembar daun dan setang­kai bunga yang berubah atau tertinggal pada taman itu. Semua masih utuh yang telah pindahkan ke negeri Maespati.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar