Kamis, 27 Desember 2012

Kisah Bambang Sumantri Part 1


KISAH BAMBANG SUMANTRI PART I :

Ardisekar sebuah pertapaan Begawan Suwandagni, pertapaan yg tentem sejuk seakan penuh dengan kedamaian. Begawan Suwandagni ia hidup bersama seorang putra yg tampan rupawan, ia adalah Bambang Sumantri. Bambang Sumantri yg disebut pula Raden Sumantri adalah putera sulung Bagawan Suwandagni di pertapaan Ardisekar, yg disebut pula Ngadisekar, sebutan bam­bang diberikan karena ia putera pendeta di gunung, sedang sebutan raden melekat pada dirinya, karena ia termasuk seorang satria.
di kemudian hari setelah ia diterima mengabdi di ne­geri Maespati bergelar sebagai Patih Suwanda.

Bagawan Suwandagni adalah ke­turunan Batara Surya. Bambang Sukasarana Putera Bagawan Suwandagni ada dua orang, semuanya lelaki. yg tua bernama Bambang Sumantri yg rupanya cantik serta sempurna, pandai menggunakan berbagai sen­jata dan memiliki senjata ampuh yg disebut senjata Cakra. putra yg kedua bernama Bambang Sukasarana. ia terlahir berparas raksasa yg penuh cacat dan cela. oleh karenanya bayi itu dibuang ke tengah hutan, di tempat jin mambang. agar bayi Sukasarana gugur dimakan binatang buas atau diganyang setan peri perayangan. ternyata sang bayi itu tidak gugur, namun tidak tumbuh menjadi semakin bertumbuh besar. ia tetap kecil sehingga disebut rak­sasa kerdil atau buta bajang. seluruh tubuh Sukasarana penuh cacat. berkulit kriput dan hitam pekat. dan bergiginya kecil serta runcing, ia memiliki ta­ring yg berbisa sangat ampuh, lebih ampuh dari taring naga. rupa dan bentuk Sukasarana serba cacat, segala rupa yg bu­ruk menjadi satu di dalam tubuhnya. karena sejak bayi ia dibuang ke dalam hutan yg penuh bahaya, maka kehadirannya di hutan bertahun-tahun merupakan sebagai tapanya. saat dibuang kedalam hutan ia tidak dimakan binatang buat, menandakan bahwa ia kebal tanpa tara. Sukasarana me­mang sakti dan memiliki berbagai ilmu gaib yg luar biasa. ia pandai beradaptasi dengan ilmu gravitasi yg dapat meringankan berat tubuhnya sehingga ia mampu terbang di atas angkasa. bangsa jin menganggap sang Sukasarana sebagai raja sesembahannya.

ia sangat mencintai saudara tuanya, Bambang Sumantri. di malam hari ia datang di pertapaan ayahnya di Ardisekar untuk bertemu dengan ayahanda dan kakandanya. ia menyadari, bahwa dirinya serba buruk, oleh karenanya se­belum matahari terbit ia tentu kembali ke hutan kediaman­nya. ia serba menyadari keadaan dirinya dan ia tak suka kakandanya menanggung malu karena beradik buruk serba cacat.

kembali ke pertapaan Ardisekar.
Sumantri mengabdi kepada Arjunawijaya setelah berusia dewasa, Bambang Sumantri berpamitan ayahnya karena ia hendak mengabdi kepada Prabu Arjunawijaya di negeri Maespati. Bambang Sumantri berniat mengabdi kepada Prabu Aruna­wijaya direstui oleh Bagawan Suwandagni. sang ayahanda berpesan :

’’anakku yg bopo sayangi, niat ananda begitu tepat, sehingga setelah ananda dewasa, tibalah waktunya meninggalkan hidup di pegunungan. tinggallah di kerajaan nak, namun demikian janganlah ananda sepi prihatin. hendaklah ananda selalu rajinlah tapabrata meski sekedarnya. tapabrata di tengah-tengah pergaulan hidup disebut tapa ramai. yakni bertapa di tengah-tengah alam yg ramai.
bertapa sambil melaukan kewajiban dharma beramal kebajikan. Ketahuilah Sumantri anakku, mengabdi raja amatlah sulit. ananda tak boleh ragu-ragu, harus berketetapan hati dan setia kepada gustimu serta patuh melaksanakan perintahnya. raja disebut sebagai wakil Dewa, ia memegang tata hidup dengan adil bijaksana. nnanda wajib mengabdi dengan sepenuh keikhlasan, tekad rukun damai dengan sesama manusia harus anda tanamkan di dalam sanubarimu dan anda laksanakan di dalam hidup sehari-hari. itulah tekad selamat. yg harus disertai dengan kesetiaan dan kesanggupan melaksanakan tugas. tunjukkanlah kemampuanmu dalam tugasmu nak. curahkanlah segala perhatian dan kepandaian di dalam tugasmu. semoga Dewa menyertaimu. berangkatlah anakku, aku iringi dengan puji dan doa, semoga tercapai cita-citamu nak”.

Sumantri menundukan kepala dengan haru ia berkata :

"bopo, sebelum ananda berangkat melaksanakan tekad dan cita-cita, ananda berpesan agar bopo selalu tegar dan sehat selalu, bopo mohon doa restu bopo kepergian ananda, suatu saat pasti ananda akan kembali ke Ardisekar, karena cita-cita ananda tidak lain hanya demi bopo sebagai tanda kasih sayang seorang putra kepada ayahanda. sembah sungkem bopo ananda mohon pamit".

seakan berat terasa namun ini terpaksa Resi Suwandagni mengijinkan :

"anakku jaga diri baik-baik, bopo yakin kelak engkau menjadi satria yg memijak dharma, doa bopo selalu menyerta kepadamu nak".

setelah mendengar pesan ayahandanya Bambang Sumantri lalu menyembah dan mundur dari hadapannya. dengan langkah yg tetap ia meninggalkan pertapaan Ardisekar, tanpa menoleh ke belakang, laju masuk hutan belukar sambil menyandang senjata Cakra, pusakanya yg amat ampuh. siang malam ia berjalan tanpa berhenti, tak kenal takut dan tak pernah lelah. ia berjalan menerang hutan belu­kar, turun naik bukit dan jurang-jurang curam, melintasi sepanjang sungai. Bambang Sumantri berjalan tanpa mengeluh sedikitpun. niatnya dilaksanakan dengan tekad yg bulat, sebagai jiwa seorang kesatria ia maju terus pantang mundur.

to be continue....

Comments
3 Comments

3 komentar:

  1. Saya menyukai ceritanya dan juga makna sebuah kehidupan. Kpan dilanjutkan edisi terbarunya?

    BalasHapus
  2. makasih mas bams irawan,iya kami akan segera memberikan edisi terbaru

    BalasHapus
  3. good story..menambah pengetahuan ttg dunia wayang nihh..
    anak muda sekarang juga wajib tahu cerita seperti ini ,,
    cool :)

    BalasHapus