KISAH BAMBANG SUMANTRI
PART I :
Ardisekar sebuah pertapaan Begawan Suwandagni,
pertapaan yg tentem sejuk seakan penuh dengan kedamaian. Begawan Suwandagni ia
hidup bersama seorang putra yg tampan rupawan, ia adalah Bambang Sumantri.
Bambang Sumantri yg disebut pula Raden Sumantri adalah putera sulung Bagawan
Suwandagni di pertapaan Ardisekar, yg disebut pula Ngadisekar, sebutan bambang
diberikan karena ia putera pendeta di gunung, sedang sebutan raden
melekat pada dirinya, karena ia termasuk seorang satria.
di kemudian hari setelah ia diterima mengabdi di negeri
Maespati bergelar sebagai Patih Suwanda.
Bagawan Suwandagni adalah keturunan Batara Surya.
Bambang Sukasarana Putera Bagawan Suwandagni ada dua orang, semuanya lelaki. yg
tua bernama Bambang Sumantri yg rupanya cantik serta sempurna, pandai
menggunakan berbagai senjata dan memiliki senjata ampuh yg disebut senjata
Cakra. putra yg kedua bernama Bambang Sukasarana. ia terlahir berparas raksasa
yg penuh cacat dan cela. oleh karenanya bayi itu dibuang ke tengah hutan, di
tempat jin mambang. agar bayi Sukasarana gugur dimakan binatang buas atau
diganyang setan peri perayangan. ternyata sang bayi itu tidak gugur, namun
tidak tumbuh menjadi semakin bertumbuh besar. ia tetap kecil sehingga disebut raksasa
kerdil atau buta bajang. seluruh tubuh Sukasarana penuh cacat. berkulit kriput
dan hitam pekat. dan bergiginya kecil serta runcing, ia memiliki taring yg
berbisa sangat ampuh, lebih ampuh dari taring naga. rupa dan bentuk Sukasarana
serba cacat, segala rupa yg buruk menjadi satu di dalam tubuhnya. karena sejak
bayi ia dibuang ke dalam hutan yg penuh bahaya, maka kehadirannya di hutan
bertahun-tahun merupakan sebagai tapanya. saat dibuang kedalam hutan ia tidak
dimakan binatang buat, menandakan bahwa ia kebal tanpa tara. Sukasarana memang
sakti dan memiliki berbagai ilmu gaib yg luar biasa. ia pandai beradaptasi
dengan ilmu gravitasi yg dapat meringankan berat tubuhnya sehingga ia mampu
terbang di atas angkasa. bangsa jin menganggap sang Sukasarana sebagai raja
sesembahannya.
ia sangat mencintai saudara tuanya, Bambang
Sumantri. di malam hari ia datang di pertapaan ayahnya di Ardisekar untuk
bertemu dengan ayahanda dan kakandanya. ia menyadari, bahwa dirinya serba
buruk, oleh karenanya sebelum matahari terbit ia tentu kembali ke hutan
kediamannya. ia serba menyadari keadaan dirinya dan ia tak suka kakandanya
menanggung malu karena beradik buruk serba cacat.
kembali ke pertapaan Ardisekar.
Sumantri mengabdi kepada Arjunawijaya setelah
berusia dewasa, Bambang Sumantri berpamitan ayahnya karena ia hendak mengabdi
kepada Prabu Arjunawijaya di negeri Maespati. Bambang Sumantri berniat mengabdi
kepada Prabu Arunawijaya direstui oleh Bagawan Suwandagni. sang ayahanda
berpesan :
’’anakku yg bopo sayangi, niat ananda begitu tepat,
sehingga setelah ananda dewasa, tibalah waktunya meninggalkan hidup di
pegunungan. tinggallah di kerajaan nak, namun demikian janganlah ananda sepi
prihatin. hendaklah ananda selalu rajinlah tapabrata meski sekedarnya.
tapabrata di tengah-tengah pergaulan hidup disebut tapa ramai. yakni bertapa di
tengah-tengah alam yg ramai.
bertapa sambil melaukan kewajiban dharma beramal
kebajikan. Ketahuilah Sumantri anakku, mengabdi raja amatlah sulit. ananda tak
boleh ragu-ragu, harus berketetapan hati dan setia kepada gustimu serta patuh
melaksanakan perintahnya. raja disebut sebagai wakil Dewa, ia memegang tata
hidup dengan adil bijaksana. nnanda wajib mengabdi dengan sepenuh keikhlasan,
tekad rukun damai dengan sesama manusia harus anda tanamkan di dalam sanubarimu
dan anda laksanakan di dalam hidup sehari-hari. itulah tekad selamat. yg harus
disertai dengan kesetiaan dan kesanggupan melaksanakan tugas. tunjukkanlah
kemampuanmu dalam tugasmu nak. curahkanlah segala perhatian dan kepandaian di
dalam tugasmu. semoga Dewa menyertaimu. berangkatlah anakku, aku iringi dengan
puji dan doa, semoga tercapai cita-citamu nak”.
Sumantri menundukan kepala dengan haru ia berkata :
"bopo, sebelum ananda berangkat melaksanakan
tekad dan cita-cita, ananda berpesan agar bopo selalu tegar dan sehat selalu,
bopo mohon doa restu bopo kepergian ananda, suatu saat pasti ananda akan
kembali ke Ardisekar, karena cita-cita ananda tidak lain hanya demi bopo
sebagai tanda kasih sayang seorang putra kepada ayahanda. sembah sungkem bopo
ananda mohon pamit".
seakan berat terasa namun ini terpaksa Resi
Suwandagni mengijinkan :
"anakku jaga diri baik-baik, bopo yakin kelak
engkau menjadi satria yg memijak dharma, doa bopo selalu menyerta kepadamu
nak".
setelah mendengar pesan ayahandanya Bambang
Sumantri lalu menyembah dan mundur dari hadapannya. dengan langkah yg tetap ia
meninggalkan pertapaan Ardisekar, tanpa menoleh ke belakang, laju masuk hutan
belukar sambil menyandang senjata Cakra, pusakanya yg amat ampuh. siang malam
ia berjalan tanpa berhenti, tak kenal takut dan tak pernah lelah. ia berjalan
menerang hutan belukar, turun naik bukit dan jurang-jurang curam, melintasi
sepanjang sungai. Bambang Sumantri berjalan tanpa mengeluh sedikitpun. niatnya
dilaksanakan dengan tekad yg bulat, sebagai jiwa seorang kesatria ia maju terus
pantang mundur.
to be continue....
Saya menyukai ceritanya dan juga makna sebuah kehidupan. Kpan dilanjutkan edisi terbarunya?
BalasHapusmakasih mas bams irawan,iya kami akan segera memberikan edisi terbaru
BalasHapusgood story..menambah pengetahuan ttg dunia wayang nihh..
BalasHapusanak muda sekarang juga wajib tahu cerita seperti ini ,,
cool :)