Kamis, 27 Desember 2012

Potensi Dhalang Muda di DKM

MALANG – Dunia seni tradisional wayang kulit di Malang Raya terus bergeliat karena kiprah dalang-dalang muda berprestasi. Ki Thantut Sutanto, dalang muda Malang yang belum lama didapuk sebagai 10 penampil terbaik Lomba Dalang 2012 tingkat Jawa Timur, mengadakan pementasan wayang kulit dengan lakon Karno Tanding,  di gedung Dewan Kesenian Malang (DKM) Jalan Mojopahit,tadi malam.
Didukung oleh Pusat Pelatihan Pedalangan Padaka Nusa Malang, dalang cilik Almond, lawak ludruk Kota Malang serta seniman dan  seniwati se-Malang Raya, Thanthut unjuk kebolehan bernarasi dan menggerakkan wayang kulitnya, dalam seri pertempuran Baratayuda itu.

“Cerita Karno sebagai seorang kakak Pandawa sekaligus senopati Prabu Duryudana biasanya hanya dilakukan dalang yang lebih senior karena dianggap sakral. Tapi, saya ingin membuat gebrakan,” papar Thanthut kepada Malang Post.

Dalang berusia 37 tahun itu menceritakan, lakon Karno Tanding menarik untuk diangkat karena bercerita tentang kegalauan hati senopati raja Astinapura yang harus berperang melawan adik-adiknya sendiri yang lahir dari rahim Dewi Kunti, yakni Pandawa. Sebagai senopati Kurawa, ia berkewajiban membalas budi seratus saudara yang menerimanya saat Karno dibuang oleh pihak Pandawa.

sebelah kiri :Ki Thantut Sutanto
“Tapi ia tetap tidak bisa menanggalkan statusnya sebagai saudara tersulung dari Pandawa. Berada di posisi yang dilematis, Karno akhirnya rela mati demi kemenangan Pandawa,” cerita Thantut. Lewat pagelaran seni tradisional wayang kulit semalam, pria yang mewarisi ilmu dalang dari kakeknya itu ingin menghidupkan dunia pedalangan Malang Raya.

Seniman yang telah mentas sejak kelas 2 SD itu berharap degup jantung seniman seniwati Malang Raya bisa terus berdetak. Dengan begitu, budaya asli Indonesia bisa berjaya di negeri sendiri. Pasalnya, anak kelima dari 6 bersaudara itu menyayangkan sikap generasi muda yang mengesampingkan budaya asli untuk diracuni budaya asing.

“Budaya kita ini sudah diakui dunia internasional, orang luar negeri juga mengakuinya, kenapa kok anak muda malah seakan “cuci tangan” dan tak mau terlibat dalam pelestarian budaya sendiri,” ujar Thantut. Selain menginspirasi generasi muda untuk peduli budaya, ayah  lima anak ini juga ingin membuktikan  kepada masyarakat  luas bahwa Malang memang punya potensi besar di bidang seni tradisi dan tidak kalah dengan daerah lain.

Tugas nguri-uri kabudayan itu bukan hanya kewajiban Thantut, tapi semua generasi muda yang peduli terhadap kelangsungan budaya bangsa. “Saya juga berharap seniman bisa menghilangkan gap dan rukun,” pungkasnya.(fin/nug)

(http://www.malang-post.com/tribunngalam/52978-buktikan-potensi-malang-di-bidang-seni-tradisi-)

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar